Eko Beta
  • BERANDA
  • INSTAGRAM
  • FACEBOOK
  • EKOBETA SHOP
  • PAGE ERROR
Home Sampah / Save Teluk Ambon Catatan Tajudin Buano

Save Teluk Ambon Catatan Tajudin Buano

EkoBeta
EkoBeta
April 23, 2019
Sumber gambar : Instanusantarapeople @e_liku

Dulu Cuek, Kini Jadi Relawan Sampah

Ketika berdiskusi mengenai Teluk Ambon, nada banyak orang selalu pesimis. Teluk yang menjadi teras Kota Ambon ini sudah sangat tercemar. Orang tak lagi melihat indahnya Teluk Ambon. 

Namun di tengah pesimistis itu, sekolompok anak muda bersama masyarakat yang bermukim di daerah pesisir pantai Teluk Ambon menciptakan sedikit optimisme. Sedikit demi sedikit optimisme mengembalikan indahnya Teluk Ambon dikumpul untuk menumbuhkan budaya bersih.

Catatan: Tajudin Buano-Ambon 

Aktifitas warga RT 05/RW 002, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, di Sabtu (14/2) tak seperti biasanya. Pagi itu sekira punya 08.30 wit, mereka menunda pekerjaan masing-masing dan bergabung dengan belasan anak muda yang menginisiasi gerakan Save Ambon Bay for Marine Tourism and Sustainable Fisheries (SABMTSF)untuk membersihkan sampah di sepanjang pantai. 

Bermodalkan karung bekas sebagai kantong sementara, beragam jenis sampah organik dan anorganik berhasil dipungut dari dalam laut pesisir pantai. Mulai dari tas plastik, botol plastik, kaleng, drum, alumunium, potongan kayu hingga daun pisang dan sisa sayuran. 

Sesekali, beberapa orang bersatir saat menghirup bau sampah akibat proses pembusukan. Bau tak sedap yang menyengat ini tercium saat sampah diangkat dari dasar sedimen pasir berlumpur. Tapi, tidak menghalangi semangat mereka membersihkan pantai, meski tanpa masker dan sarung tangan plastik. 
Sampah yang sudah diisi kedalam karung itu, secara gotong royong dan bergantian mereka tumpukan di depan jalan. Dua jam kemudian, pukul 10.30, sebanyak tiga kubik sampah di pantai Desa Poka berhasil dibersihkan. 

Sampah yang terdapat di pantai Desa Poka banyak sudah terbenam dalam pasir bercampur lumpur akibat tidak dibersihkan oleh penduduk sekitar. Tebalnya mencapai 40 sentimeter. Sementara sampah yang masih terapung relatif sedikit. 

Volume sampah di pantai Poka lebih banyak sampah bawahan dari kawasan Galala, Tantui dan pasar Mardika. Arus masuk saat pasang, pantai Desa Poka dan Ruma Tiga mejadi bank sampah alami. Seperti terlihat di depan PLN Poka. 

Koordinator Save Ambon Bay for Marine Tourism and Sustainable Fisheries (SABMTSF), Daus Arey (23), usai melakukan rapat evaluasi pekerjaan hari itu, mengatakan, kegiatan yang dilakukan murni untuk membangun kesadaran masyarakat. Kesadaran menjadi hal prinsip bagi setiap orang dalam menjaga lingkungan teluk. 

Aksi pembersihan pantai SABMTSF dimulai April 2014. Tujuan Gerakan ini adalah menyelamatkan Teluk Ambon dari berbagai kegiatan yang bersifat destruktif sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam kerangka pengembangan wisata bahari dan perikanan yang berkelanjutan.

SABMTSF yang semua anggotanya terdiri dari Mahasiswa ini mengkampanyekan penyelamatan Teluk Ambon melalui media sosial facebook dengan akun “Save Ambon”. Gerakan tersebut muncul sebagai bentuk akumulasi keprihatinan dan kesadaran untuk membersihkan teluk. 

Namun, kampanye lewat facebok dirasa tidak cukup maksimal untuk menyadarkan masyarakat, karena mediumnya yang terbatas. Kampanye yang ideal menurut mereka, yaitu memberikan contoh dan mengajak masyarakat pesisir membersihkan sampah di sekitar rumah. 

SABMTSF tak bergerak sendiri. Beberapa organisasi atau komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang lingkungan/alam, dalam kampus Universitas Pattimura juga ambil bagian. Komunitas–komunitas terdiri dari Kadal, Penyala, Bawah Pohon, Kewang, Gamepala, Alumni NVSC dan Rumah Baku Mangante.

“Kami memulai gerakan ini di pantai Desa Ruma Tiga. Sebab, ketika anak-anak mandi, badan mereka gatal-gatal. Mirisnya lagi, saat mandi air laut yang pertama kita injak adalah sampah, bukan pasir,” beber Arey yang tinggal di Desa Poka tersebut. 

Arey menuturkan, pertama kali melakukan aksi pembersihan, partisipasi masyarakat belum maksimal. Bahkan, pada saat membersihkan sampah, beberapa warga justru membuah sampah di lokasi yang telah dibersihkan. 

Perlahan kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Selama tiga bulan berjalan, mereka berbaur dengan warga Desa Rumah Tiga yang bermukim di daerah pantai secara rutin tiap hari Minggu pagi, melakukan pembersihan. 

Atas komunikasi yang baik dengan pemerintah Desa Poka dan pemerintah Kota Ambon, sebanyak 5 bak atau TPS dan dua buah dua gerobak sampah. Keberadaan bak dan gerobak menambah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke pantai dan laut. 

“Setelah kami merasa kesadaran warga sudah cukup baik, sesuai target awal, kami pun bergerak ke pantai desa Poka. Dan Alhamdulillah, partisipasi masyarakat cukup baik,”urai mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum Universitas Pattimura ini. 
Tirta Triyana (24) dari Penyala, mengaku, motivasinya untuk ikut serta dalamm gerakan ini untuk melihat teluk dan laut Kota Ambon bersih. 

“Kami sudah mulai berpartisipasi sejak awal Save Ambon Bay melakukan kegiatan pembersihan pantai. Kalaupun teman-teman dari Penyala tidak ikut langsung, biasanya mereka mengkampanyekan kegiatan ini di facebook maupun BBM,”kata Tirta mahasiswa semester akhir ini. 

*

Kesadaran warga Desa Rumah Tiga bisa tergambar di RT 003/RW 06. Di RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 55 orang ini, halaman rumah warga terlihat bersih. Siang itu, 23 Februari, di depan dan samping rumah warga terlihat karung bekas berisi sampah anorganik. Pada sore hari, pemuda relawan sampah membawanya ke TPS. Pesisir pantainya pun terlihat bersih. 

Aksi pemungutan sampah ini  juga turut menyadarkan warga tentang pentingnya menjaga pantai dan laut dari pencemaran sampah. Kondisi saat ini, sangat berbeda dari satu sebelumnya. Kala itu, sampah masih menumpuk di pantai.  

“Kalau dulu memang masyarakat tidak peduli alias cuek dengan kebersihan pantai. Tapi sekarang kesadaran itu sudah mulai ada. Para pemuda menjadi relawan sampah. Dari  aksi yang dilakukan, setiap kepala keluarga biasanya memberikan uang 2000 rupiah,” tutur Ketua, Tineke Pakniany (35) di kediamannya. Uang yang diberikan warga bersifat sukarela. 

Aksi pungut sampah dari rumah warga sudah berjalan sekitar satu tahun. Karena ada kerjasama dengan pemerintah negri Ruma Tiga dan pemerintah kota Ambon dengan memberikan bantaun berupa dua buah gerobak dorong dan bak sampah. 
Pakniany melanjutkan, pemberian uang itu sebagai bentuk kesadaran warga setempat, bahwa pemuda punya kepedulian menjaga dan melestarikan lingkungan RT dari sampah. 

Selain aksi pungutan sampah, pamflet berisi himbaun juga dibuat. Untuk wilayahnya, perempuan lulusan SMA ini mengaku, bukan hanya mahasiswa dan pemuda, namun siswa dan siswi SMA 3 Ruma Tiga juga turut berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai. 

*

Meski baru pertama kali kegiatan pembersihan, partisipasi masyarakat Desa Poka, khsususnya yang bermukim di pantai sudah merasakan manfaatnya. Bau busuk dari proses pelapukan sampah perlahan mulai hilang dari indera penciuman. Selain itu, kebiasaan warga berenang kembali dilakukan. 

“Secara pribadi saya menilai gerakan sangat ini baik. Bayangkan saja jika sampah ini tidak dibersihkan, baunya masih tercium hingga ke kamar. Selain pasti sampah terus menumpuk dibelakang rumah kami,”ujar Nurlina Makatitta (23) warga Desa Poka, yang mengaku senang berenang. 

Selain Nurlina, beberapa warga lainnya menyampaikan penilaian senada. Sebab, warga Desa Poka yang bermukim di dekat pantai punya kendala tersendiri untuk menjaga lingkungan pesisir dari pencemaran sampah. Pertama, letak TPS jauh dari perumahan warga. Kedua, tidak ada tempat sampah alternatif. Salah satu tempat untuk membuang sampah hanya pesisir laut dan pantai.

Kepala Bidang Pengelolaan Hasil Penelitian dan Desiminasi, Pusat Penelitian Laut Dalam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Daniel Palasula mengatakan, kawasan laut dan pesisir Teluk Ambon sudah terancam. Pertama, sedimentasi akibat pembukaan lahan atas (gunung dan lereng gunung) untuk pemukiman dan retail. 
“Dalam berbagai kesempatan, saya selalu menyatakan, degradasi laut Teluk Ambon karena pembukaan lahan atas yang menyebabkan adanya sedimen. Sedimen ini akan sampai ke laut melalui aliran sungai. Kalau untuk Mangrove, akan menutupi akar nafasnya dan menyebabkan pertumbuhan mangrove menjadi tidak sempurna,” ujar Palasula, di ruang kerjanya, Senin (23/2). 

Ancaman kedua, aktivitas galian C untuk bangunan di beberapa sungai di Kota Ambon. Ketika proses pengangkatan galian C, secara otomatis ada material-material halus yang akan terbawa oleh air ke laut Teluk Dalam dan menutupi polip Karang dan daun Lamun (Sea Grass). Dampaknya, terjadi penghambatan proses fotosintesis karena sinar matahari tidak diserap maksimal. 

Yang ketiga, yakni sampah. Jenis sampah tidak terurai (anorganik) maupun yang terurai dalam rentang yang cukup lama, yakni plastik, seng bekas, kain, karung bekas dan lainnya akan mempengaruhi kualitas perairan laut. Bahkan, kata dia, sampah menjadi sesuatu yang menarik bagi para wisatawan manca negara. 

“Ada dua hal yang menarik di Teluk Ambon bagi para touris. Pertama biota laut yang spesifik atau endemik dan kedua adalah sampah. Kenapa sampah menarik, karena memang menjadi sesuatu yang langkah. Nah ini merupakan pekerjaan besar yang harus diselesaikan secara bersama,”imbuh dia. 

Pencemaran tambahan adalah tinja (kotoran) manusia. Dalam sebuah makalah yang telah dipresentasikan sebelumnya, Pelasula menulis, “penurunan kualitas perairan Teluk Ambon, adalah nyata”. Jika ditinjau dari aspek bakteriologi pada daerah tepi pantai menunjukan kosentrasi tinggi, berupa bakteri Coliform, Fecal Coliform dan Eschericia coli. 

Menurut Palasula, semua elemen masyarakat, mulai dari anak sekolah, mahasiwa, masyarakat biasa, TNI, Polri, pemerintah, praktisi dan akademisi dan media massa harus mengambil peran strategis. Pemerintah tidak bisa berdiri sendiri membersihkan teluk, 
Apa yang disampaikan ahli lingkungan  dari LIPI ini, sudah   dilaksanakan SABMTSF bersama beberapa komunitas lingkungan lainnya. Baik aksi langsung di lapangan maupun kampanye melalui facebook, BBM, Twitter serta blog. Terkahir, mereka sedang membuat website yang nantinya menjadi corong informasi kegiatan dan pesan-pesan edukasi tentang teluk Ambon. 

Semoga gerakan bersama yang telah dilakukan, menyadarkan kita tentang pentingnya  menjaga dan menyelamatkan teluk yang indah ini dari pencemaran limbah sampah, sedimentasi dan limbah industri. (**)
Label: Sampah

2 comments :

  1. aksaraApril 24, 2019 at 1:28 PM

    Terima kasih @ekobeta. Semoga tulisan ini bermanfaat

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  2. UnknownApril 27, 2019 at 3:01 AM

    Dangke atas Tulisan krennn ini

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
Add comment
Load more...

SILAHKAN BERKOMENTAR YANG POSITIF

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

KATEGORI

  • Sampah (2)
  • Eco Tips (1)
  • Hari Bumi (1)
  • Inspirasi (1)
  • Komunitas (1)
  • News (1)

Copyright © 2018 - Eko Beta - All Rights Reserved - Premium Template By Gubuk Hijau

  • About Me
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Sitemap
  • Jasa Riview